Jakarta –
Indonesia dinilai masih rendah soal literasi keuangan. Karena itu butuh banyak sekali upaya untuk menolong mudah-mudahan penduduk kian melek keuangan. Pendiri Digiasia Bios Alexander Rusli mengungkapkan teknologi sanggup menjadi salah satu cara untuk menolong mengembangkan literasi.
Digiasia Bios selaku Embedded Finance as a Service(EFaaS), memiliki bagan taktik integrasi antara 4 blok ekosistem digital utama: platform B2B SaaS, platform B2C SaaS, institusi keuangan berlisensi, dan jaringan retail offline. Teknologi penghubung ini memungkinkan pengguna SaaS untuk mengakses transaksi keuangan mereka dengan mulus dan kreatif tanpa meninggalkan aplikasi asalnya.
“Dari keempat lisensi teknologi yang dimiliki, yaitu KasPro, KreditPro, RemitPro, dan DigiBos, kami memungkinkan para teman untuk membangun tata cara konstruksi berdikari atas aplikasi/ platform keuangan/ fintech yang telah mereka miliki. Kami ingin menolong para teman mendatangkan pengalaman bertransaksi yang menggembirakan lewat omni channelkepada target pengguna aplikasi mereka,” kata Alex dalam pemberitahuan tertulis, dikutip Kamis (28/9/2023).
| Baca juga: Karena Simpan Uang di Bank Dijamin LPS, Tak Perlu Takut Hilang-Dimakan Rayap |
Dalam bagan taktik integrasi ekosistem digital di saat ini, Alex bikin portal integrasi layanan keuangan, tergolong layanan pembayaran untuk pelanggan dan B2B, tata cara point of sale lending, pinjaman B2B, serta layanan perbankan (CASA). Di masa depan, beliau akan terus memperluas portofolio layanan keuangan untuk mendukung perkembangan ekosistem digital Indonesia.
“Dengan visi dan inovasi yang kami miliki, menyediakan bahwa dalam menghadapi Tech Winter, Indonesia memiliki kekuatan untuk memimpin transformasi digital dan memperkuat ekosistem bisnis digitalnya. Konsep bisnis EFaaS membuka potensi besar dalam perjalanan ini, mendukung perkembangan bisnis digital yang berkelanjutan, serta menentukan inklusi keuangan bagi semua warga negara Indonesia,” ujar Alex.
Alex menerangkan ekosistem teknologi global sedang menghadapi tantangan besar yang dipahami selaku Tech Winter. Fenomena ini mengacu pada periode penurunan investasi dan ketidakpastian yang sanggup mengancam perkembangan industri teknologi. Tantangan Tech Winter di sekarang ini bikin perusahaan teknologi dan startup digital di Indonesia dihadapkan pada kiprah penting untuk bikin keunikan, menghemat persaingan, serta menjadi lebih bijak dalam pengelolaan keuangan mereka.
Di luar itu, perusahaan juga membutuhkan derma dalam banyak sekali aspek, menyerupai pemerataan digitalisasi, penguatan mendasar bisnis, kenaikan kerja sama antar pemangku kepentingan, serta penerapan kerangka Environmental Social, Governance (ESG).
Leave feedback about this