
Jakarta – Pemerintah di sekarang ini tengah mendorong penerapan ekonomi hijau. Hal ini sejalan dalam upaya pemerintah meraih target kemajuan ekonomi sebesar 6%-7% bagi menuju Visi Indonesia Emas 2045.
Lantas apa yang dimaksud ekonomi hijau? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekonomi hijau yakni ekonomi yang menciptakan kenaikan kemakmuran insan dan sosial sekaligus meminimalisir risiko lingkungan dan kelangkaan ekologis secara signifikan.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menyampaikan ada dua ciri yg membedakan ekonomi hijau dengan ekonomi konvensional. Pertama, ekonomi hijau mempunyai karakteristik yg ekstraktif. Artinya, ekonomi hijau bersifat tak mengeksploitasi alam demi laba semata.
Ad interim, ekonomi konvensional potensial mengerjakan eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran. Alhasil, mempunyai pengaruh pada krisis iklim dan kerugian masyarakat.
“Jadi ekonomi hijau dan konvensional mempunyai dua perbedaan,.salah satunya yakni tabiat ekonomi hijau yang ekstraktif. Artinya, tidak mengeksploitasi alam demi laba semata,” kata Bhima terhadap Senin (15/7/2024).
Kemudian, ekonomi hijau mempunyai sifat regeneratif dan restoratif. Bhima menganggap kedua sifat ini sanggup menciptakan lahan-lahan bekas tambang dipulihkan kembali lewat upaya restorative atau dengan cara mengerjakan penanaman di sekeliling wilayah hutan.
Baca juga: Erick Thohir Dorong Pertamina Sebagai BUMN Kelas Global |
Lalu ekonomi hijau bersifat partisipatif. Artinya, penduduk lokal, marginal, maupun budpekerti sanggup terlibat dalam penerapannya.
Adapun perbedaan yg paling menonjol dari kedua ekonomi tersebut pada proyeksi pembangunan jangka panjang. Bhima menyebut ekonomi hijau menjadi versi kemajuan ekonomi yg lebih stabil. Pasalnya, ekonomi hijau menghambat pengaruh negatif dari ekonomi konvensional, misalnya terjadi penurunan nilai aset.
“Kalau ekonomi konvensional mengerjakan ekstraksi SDA secara besar-besaran itu berisiko mengakibatkan terjadinya aset-aset yg nilainya selalu menurun alasannya yakni adanya perubahan pemanfaatan energi gres terbarukan. Dalam arti kerikil bara tak lagi digunakan atau kemudian alasannya yakni banyaknya petaka iklim sehingga risiko perusahaan meningkat. ekonomi hijau menjajal menghambat hal itu,” imbuhnya.ekonomi hijaupertumbuhan ekonomiarti ekonomi hijauapa itu ekonomi hijau